Sejarah Natal: dari Kelahiran Yesus Sampai Tradisi Modern

by arf

December 4, 2025

  • Home
  • /
  • Blog
  • /
  • Perayaan
  • /
  • Sejarah Natal: dari Kelahiran Yesus Sampai Tradisi Modern

Doran Souvenir – Di Indonesia, Natal menjadi hari libur nasional yang dirayakan dengan meriah, terutama di kalangan Katolik dan Protestan. Umat beribadah di gereja, berkumpul bersama keluarga, menyanyikan lagu Natal, bertukar hadiah, dan menghias pohon Natal. Ada juga pementasan Natal, konser rohani, hingga pesta kembang api. Namun sebenarnya, seperti apa sejarah Natal hingga dirayakan seluruh dunia? Simak penjelasannya di bawah ini!

Sejarah Natal dan Asal Usulnya

Kelahiran Yesus dan Natal
sc: Superbook Wiki

Natal adalah perayaan umat Kristen yang jatuh setiap 25 Desember untuk mengenang kelahiran Yesus Kristus. Di banyak gereja, rangkaian ibadah dimulai pada malam 24 Desember lalu dilanjutkan pada pagi hari berikutnya. Beberapa gereja Ortodoks merayakannya pada 6 atau 7 Januari karena menggunakan sistem penanggalan yang berbeda. Meskipun tanggalnya tidak sama, makna utamanya tetap merayakan hadirnya Kristus ke dunia.

Kata “Natal” sendiri dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Portugis yang berakar dari istilah Latin “dies natalis” atau hari kelahiran. Dalam bahasa Inggris digunakan istilah “Christmas” yang berasal dari frasa “Christ’s Mass” atau Misa Kristus. Setiap bahasa memiliki sebutan yang berbeda seperti “Noël”, “Nativity”, dan “Yule”, tetapi semuanya merujuk pada kelahiran, cahaya, serta awal baru di tengah musim dingin.

Baca juga: Susunan Acara Natal 2025 yang Lengkap dan Khidmat!

Kelahiran Yesus dan Natal

Kelahiran Yesus dan Natal
sc: Krishi Jagran

Natal sendiri dirayakan sebagai momen untuk mengenang kelahiran Yesus yang dianggap sebagai wujud kasih Allah bagi manusia. Seluruh tradisi, simbol, serta ibadah pada masa Natal berakar pada keyakinan bahwa kelahiran Yesus membawa harapan baru dan keselamatan.

Kisah kelahiran Yesus tercatat dalam Injil Matius dan Lukas. Dalam catatan Lukas, Maria menerima berita dari malaikat bahwa ia mengandung melalui Roh Kudus. Ia dan Yusuf kemudian melakukan perjalanan dari Nazaret ke Betlehem untuk mengikuti sensus yang ditetapkan Kaisar Agustus.

Mereka akhirnya tiba di sebuah tempat sederhana karena tidak menemukan penginapan, sehingga bayi Yesus dibaringkan di palungan. Peristiwa ini dipahami sebagai penggenapan nubuat nabi Mikha tentang Mesias yang lahir di Betlehem, tanah asal Daud yang menjadi leluhur Yusuf.

Pada malam itu para gembala mendapat kabar dari malaikat, lalu segera datang dan menjadi saksi pertama kelahiran Yesus. Kedatangan mereka menunjukkan bahwa Allah memilih menampakkan diri kepada orang sederhana lebih dulu. Injil Matius memberikan perhatian pada silsilah Yesus, kelahiran dari perawan, serta kedatangan orang majus dari Timur. Mereka mengikuti bintang istimewa yang sering disebut Bintang Betlehem.

Sejumlah sejarawan dan astronom, termasuk Johannes Kepler, mencoba membahas fenomena tersebut dengan mengaitkannya pada konjungsi Jupiter dan Saturnus sekitar tahun 7 sebelum Masehi. Orang majus itu datang ke Betlehem, mempersembahkan emas, kemenyan, dan mur, lalu pulang melalui jalan lain setelah mendapat peringatan dalam mimpi tentang rencana jahat Raja Herodes.

Herodes kemudian memerintahkan pembunuhan anak laki-laki di bawah dua tahun, sehingga Yusuf dan Maria membawa Yesus mengungsi ke Mesir. Setelah Herodes wafat, mereka kembali namun memilih menetap di Nazaret untuk menghindari penguasa baru. Rangkaian peristiwa ini menjadi dasar teologis dan simbolis bagi tradisi Natal dalam kekristenan.

Baca juga: 7 Hidangan Natal Paling Populer di Indonesia dan Dunia yang Wajib Dicoba

Dari Gereja Awal hingga Penetapan 25 Desember

Dari Gereja Awal hingga Penetapan 25 Desember
sc: Wisdom International

Gereja pada masa awal ternyata belum memberi perhatian pada perayaan kelahiran Yesus karena fokus utama umat Kristen saat itu adalah kebangkitan Kristus. Beberapa tokoh bahkan menilai perayaan ulang tahun sebagai tradisi kafir sehingga kelahiran Yesus pun belum dijadikan hari raya.

Di Timur kemudian muncul perayaan Epifania pada 6 Januari yang awalnya menekankan baptisan Yesus, lalu sebagian tradisi menggabungkan kelahiran dan baptisan dalam satu perayaan. Di abad kedua dan ketiga, sejumlah teolog mencoba menghitung tanggal kelahiran Yesus dan mengusulkan beragam tanggal di bulan April, Mei, atau Januari.

Gagasan Natal dijatuhkan pada 25 Desember baru mulai terlihat jelas setelah Sextus Julius Africanus pada tahun 221 mencatat hari itu sebagai tanggal kelahiran Kristus. Beberapa tradisi teologis lalu mengaitkan 25 Maret sebagai hari Kabar Sukacita sehingga sembilan bulan kemudian jatuh pada 25 Desember.

Ada pula penafsiran yang menghubungkannya dengan perhitungan kalender Yahudi. Seiring berjalannya waktu, gereja Barat menerima 25 Desember sebagai hari Natal sementara sebagian gereja Timur tetap mempertahankan 6 Januari. Perbedaan kalender akhirnya menghasilkan beberapa tanggal perayaan yang masih digunakan sampai sekarang.

Pandangan bahwa Yesus tidak mungkin lahir pada musim dingin sering muncul karena Lukas menyebut para gembala menjaga kawanan domba di padang saat malam hari. Iklim Betlehem sebenarnya cukup hangat pada musim dingin karena suhunya berkisar antara 13,5 sampai 5,5 derajat Celsius sehingga penggembalaan tetap memungkinkan.

Tradisi Yahudi juga mengenal wilayah Migdal Eder sebagai tempat khusus untuk menjaga domba kurban, sehingga istilah “padang” masih sesuai meski ternak berada di area berpagar. Selain persoalan tanggal, masyarakat kuno memang sudah lama merayakan festival musim dingin seperti Yule di Skandinavia serta Saturnalia dan Sol Invictus di Roma.

Sebagian sejarawan menilai gereja memilih 25 Desember untuk mengalihkan fokus dari festival populer itu, sedangkan pandangan lain mengatakan tanggal tersebut muncul dari tradisi perhitungan internal gereja. Dalam praktiknya, beberapa unsur budaya seperti pohon hijau dan tradisi musim dingin akhirnya ikut terserap lalu diberi makna baru dalam perayaan Natal.

Baca juga: 7 Rekomendasi Tempat Christmas Dinner Terbaik untuk Rayakan Natal Bersama Keluarga

Perkembangan Natal di Eropa dan Amerika

Perkembangan Natal di Eropa dan Amerika
sc: Traveler’s Universe

Perjalanan Natal di Eropa dan Amerika menunjukkan bagaimana perayaan ini terus berubah mengikuti tradisi dan kebutuhan umat. Pada Abad Pertengahan, masyarakat Eropa merayakan Natal selama dua belas hari dengan pesta, permainan, dan kebiasaan rakyat. Reformasi membuat sebagian gereja mempertahankan Natal sementara kelompok Puritan menolaknya hingga muncul larangan di Inggris dan New England.

Kebangkitan Natal modern mulai terasa pada abad ke-19 lewat karya Washington Irving dan Charles Dickens yang menonjolkan suasana keluarga dan kepedulian sosial. Dari masa ini pula pohon Natal menjadi simbol utama setelah populer lewat keluarga Ratu Victoria. Kartu Natal, warna-warna simbolis, dekorasi, serta tokoh Santa Claus ikut berkembang dan menyebar luas di dunia Barat.

Pengaruh Natal kemudian meluas ke ranah ekonomi, sosial, serta rohani. Banyak negara menjadikannya musim belanja terbesar di sepanjang tahun, sedangkan keluarga memanfaatkannya sebagai waktu berkumpul dan menikmati tradisi budaya seperti film dan musik Natal.

Gereja-gereja Barat merayakan Natal setelah masa Adven, sedangkan gereja Timur menjalani puasa panjang sebelum pesta raya. Di Indonesia, perayaan diwarnai ibadah, drama Natal, dan kegiatan sosial. Walaupun sebagian kelompok Kristen menolak Natal karena dianggap tidak Alkitabiah, gereja-gereja besar tetap mempertahankannya sebagai momen untuk mengingat kelahiran Kristus dan mengajak umat menunjukkan kasih lewat tindakan nyata.

Baca juga: 7 Makna Hari Natal yang Wajib Anda Ketahui

Penutup

Sebagai penutup, Natal selalu menjadi waktu yang menghangatkan karena membawa pesan pengharapan dan kebersamaan. Setiap tradisi yang berkembang, baik yang bersifat rohani maupun budaya, pada akhirnya mengarahkan umat untuk kembali mengingat kasih yang dihadirkan melalui kelahiran Kristus. Perayaan ini pun menjadi momen untuk berbagi, merajut relasi, dan menghadirkan sukacita bagi orang-orang di sekitar Anda.

Jika Anda sedang menyiapkan hadiah atau hampers untuk keluarga, kerabat, atau rekan kerja, Anda bisa memilih paket hampers Natal dari Doran Souvenir yang kualitasnya terjamin dan cocok untuk berbagai kebutuhan. Untuk pembelian atau pemesanan, Anda dapat langsung menghubungi customer service melalui WhatsApp. Semuanya bisa diatur dengan mudah sesuai preferensi Anda.

Tags:

Susunan Acara Natal 2025 yang Lengkap dan Khidmat!
7 Ide Tukar Kado Natal yang Berkesan, Lucu, dan Tetap Ramah di Kantong

Artikel Terkait

7 Rekomendasi Tempat Christmas Dinner Terbaik untuk Rayakan Natal Bersama Keluarga
7 Tempat Natal di Jakarta yang Seru dan Instagramable untuk Liburan Akhir Tahun